[Inspirasi Sukses 24] DEWA EKA PRAYOGA : Dewa Selling Jago Jualan

dewa-eka-prayoga
Bagikan ini ke temanmu :
Share

Dewa Eka Prayoga lahir di Sukabumi, 24 april 1991. Putra tunggal dari Dedi Rahman Legiman (alm.) dan Devi Aristi Handayani. Ayahnya meninggal saat Dewa berusia 5 tahun. Tahun 2009, rumahnya di Sukabumi terkena longsor. Mereka terpaksa berhutang Rp. 47 juta untuk memperbaiki rumah.

Tahun 2008, Dewa mulai kuliah di jurusan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung). Di semester tiga, Dewa diterima bekerja sampingan sebagai guru kimia di sebuah lembaga bimbingan belajar. Setahun bekerja, nilai mata kuliahnya anjlok. Dewa berhenti mengajar. Tiga bulan kemudian, pemilik lembaga menawari Dewa untuk men-take over usahanya. Bermodal Rp. 10 juta dari hasil menggadaikan BPKB motor, Dewa mengelola lembaga bimbingan belajar. Di lembaga itu, Dewa mengenal Wiwin Supiyah yang kelak menjadi bidadarinya. Ia juga mencoba usaha lain seperti Multi Level Marketing dan Event Organizer. Suatu ketika, Dewa masuk nominasi juara dalam Program Kreativitas Mahasiswa. Ia mendapat modal untuk membuka usaha catering. Atas prestasinya itu, Dewa pernah beberapa kali diundang ke beberapa universitas sebagai pembicara. Temanya tentang “Muda Mandiri”. Meskipun sebenarnya, usahanya cuma bertahan seumur jagung.

Akhir 2012, Dewa tertipu investasi bodong. Mulanya, Dewa terlanjur percaya kepada seseorang yang dalam waktu singkat berhasil menjadi orang kaya baru (OKB) serta aktif di sebuah organisasi keagamaan cabang Sukabumi. Keduanya pernah berguru pada motivator yang sama, yaitu “kek” Jamil Azzaini (motivator kelahiran Purworejo, 9 Agustus 1968 yang sering dipanggil kakek karena banyak melahirkan trainer). Seseorang itu memiliki usaha yang beragam, mulai dari warung internet, pakaian distro, rumah makan, rental mobil, lembaga pendidikan hingga supplier komputer dan elektronik. Suatu saat, Ia menawarkan peluang investasi pengadaan laptop kepada Dewa. Bak pucuk dicinta, ulampun tiba. Dewa antusias. Ia mengajak banyak orang untuk ikut berinvestasi. Selama 8 bulan, terkumpul dana Rp. 7,7 miliar dari 645 orang investor.

Setelah modal disetor, seseorang itu kabur membawa semua dana investor. Tanpa kabar. Dewa dikejar-kejar investor yang ingin dananya kembali. Bolak-balik ke kantor polisi sebagai saksi dan terlapor. Rumah ibunya di Sukabumi ikut jadi korban teror. Ia terpaksa melepas aset yang bisa diuangkan. Mobil hingga tabungan haji orang tuanya. Termasuk juga lembaga bimbingan belajarnya – alias sumber penghasilannya – yang telah berjalan selama 10 bulan. Kuliahnya terpaksa drop out di semester tujuh.

Dewa – yang kala itu baru berumur 21 tahun dan baru 18 hari menikahi Wiwin – berjanji untuk mengembalikan semua dana investor. Masalahnya, Dewa tak tahu, darimana ia bisa mendapat uang sebesar itu. Penghasilan pun tak jelas. Seandainya saja, ia bisa menyisihkan Rp. 10 juta sebulan untuk melunasi hutang, maka hutang itu baru akan lunas saat usianya 85 tahun. Hampir mustahil.

Setelah kejadian itu, banyak tali pertemanan terputus. Kecuali seorang teman dari Malang yang justru berempati. Mirza Ghulam Indralaksana namanya. Lulusan teknik mesin dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Ia ingin mencari solusi atas raibnya Rp. 300 juta uang investor yang diinvestasikan melalui dirinya. Mirza hijrah ke Bandung untuk membersamai Dewa. Tapi, lagi-lagi, mereka tak tahu bagaimana caranya agar memperoleh uang yang banyak.

Mirza tercetus ide untuk berjualan ceker pedas. Di kota kelahirannya, Malang, ceker setan sedang digemari. Jadilah mereka berjualan ceker iblis. Wiwin yang sedang hamil anak pertama jadi juru masaknya. Dewa dan Mirza berkeliling Bandung untuk mengantarkan ceker iblis seharga Rp. 12 ribu per porsi. Ia merasa perjuangannya sangat berat ketika harus berkeliling Bandung hingga ke Cibiru, Cimahi dan Buah Batu. Sesampainya di tujuan terakhir, konsumen membatalkan pesanan karena datangnya terlalu lama.

Tertarik dengan produk penggemuk domba temuan mahasiswa bimbingan orang tua Mirza, mereka mencoba beternak domba di Sukabumi. Tak butuh waktu lama, dombanya kurus dan mati. Mereka kembali ke Bandung. Berjualan seblak buatan Ciamis. Tapi tak laris. Stok menumpuk.

Lahirlah Saliha, putri pertama Dewa. Tinggal di kontrakan tanpa air bersih. Tidur tanpa kasur. Seorang teman di Master Mind menyarankan Dewa untuk menulis buku lagi. Dulu, Dewa pernah menulis buku “7 Langkah Dahsyat Menggenggam Masa Depan” saat harus mencicil hutang perbaikan rumahnya yang terkena longsor. Namun, berbagai kegagalan membuat Dewa tak percaya diri. Siapa yang mau membaca buku yang ditulis oleh orang gagal ?.

Tapi, himpitan ekonomi membuatnya tak punya pilihan lain. Dewa mencoba untuk menulis lagi. Judulnya “7 Kesalahan Fatal Pengusaha Pemula”. Selesai dalam 7 hari. Ia meminta temannya untuk mendesain cover. Buku dicetak di sebuah percetakan di Rancaekek (Bandung). Ongkos cetak Rp. 6.700 per eksemplar. Ia jual melalui sistem direct selling (tidak melalui toko buku) dengan harga Rp. 60.000. Hasilnya, 2.500 eksemplar ludes dalam sebulan. Di kemudian hari, buku tersebut terjual hingga 30.000 eksemplar. Dewa mulai mendapat pemasukan. Sebagian dana dialokasikan untuk mengganti uang investor yang jumlahnya milyaran itu. Ia prioritaskan untuk mengganti investasi dari orang-orang yang dianggapnya sebagai orang baik. Termasuk Mirza. Tapi, Mirza menolak uangnya diganti.

Pertemuannya dengan Heppy Trenggono (pengusaha asal Batang yang pernah bangkrut dengan hutang Rp. 62 milyar, lalu bangkit membangun bisnis senilai Rp. 7 trilyun dalam waktu 2 tahun tanpa berhutang), memotivasi Dewa untuk bangkit. Suatu ketika, guru ngajinya menasehati : “Jika ingin dibantu Allah, maka bantulah orang lain”. Lantas, Dewa berdo’a agar dipertemukan dengan orang yang butuh bantuannya. Ia membantu orang dengan cara memotivasi dan memberikan coaching gratis. Orang yang putus asa karena hutang ratusan juta, ia motivasi agar bangkit seperti dirinya yang punya tanggungan milyaran tapi tetap optimis. Orang yang memulai usaha kecil, ia bantu penjualannya. Penghasilan Dewa mulai meningkat. Belasan hingga puluhan juta per bulan.

Tahun 2016, Dewa pernah menderita GBS (Guillain Barre Syndrome). Peradangan syaraf yang bisa menyebabkan kelemahan otot hingga kelumpuhan. Dua minggu dirawat di rumah sakit dengan biaya ratusan juta. Berat badannya turun dari 84 menjadi 55 Kg. Ia bersyukur bisa kembali sehat seperti sedia kala dalam waktu 3 bulan.

Ketika pendapatannya stagnan, Dewa mendengar sebuah ceramah yang mengatakan bahwa rejeki bisa mentok karena kebanyakan dosa. Dewa pun beristighfar. Ia makin mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Penghasilan semakin naik. Ia bisa meraih pendapatan hingga Rp. 500 juta dalam sebulan. Tanggungan Rp. 7,7 milyar selesai dalam waktu 5 tahun.

Darimana Dewa bisa mendapat penghasilan sebesar itu ?. Dari berbagai macam usahanya, mulai dari affiliate marketing, royalti buku, Billionaire Store, Billionaire Coach, Noura Property, Berl Cosmetic hingga Saliha Hijab. Dewa aktif di sosial media (Twitter, BBM, Facebook) dengan copywriting (teknik penulisan) yang menarik hingga memiliki engagement (keterikatan) yang tinggi dengan para follower-nya. Secara tak langsung, Ia telah membangun personal branding serta melakukan funneling (menarik konsumen untuk membeli). Tinggal selangkah lagi untuk closing (terjadi transaksi). Dewa memiliki puluhan ribu database orang yang telah ia petakan kecenderungannya (dalam hal membeli produknya). Ia juga pandai berpromosi melalui Facebook Ads. Iklan yang ia pasang dengan biaya Rp. 16 juta mampu menghasilkan omzet hingga Rp. 400 juta.

Dewa bisa menjual puluhan ribu buku seharga ratusan ribu per eksemplar tanpa melalui toko buku. Sebut saja buku “Melawan Kemustahilan” seharga Rp. 199.000 yang terjual sejumlah 20.004 eksemplar hanya dalam masa pre order (order masuk sebelum buku direlease). Buku ini dijual secara online. Tidak dijual di toko buku biasa. Tiket workshop-nya yang berharga jutaan juga terjual ratusan kursi. Contohnya Extreme Funneling. Workshop bertiket Rp. 14.250.000 itu telah diikuti oleh 666 orang.

Salah satu orang yang membeli buku dan mengikuti workshop-nya adalah Erlyanie. Perempuan rendah hati pemilik Berl Cosmetic yang tiap kali sedekah berani merogoh kocek puluhan hingga ratusan juta rupiah. Omzet Berl Cosmetic masih kisaran puluhan juta waktu itu. Setelah Dewa masuk sebagai coach dan distributor, penjualannya tembus milyaran rupiah.

Kisah Erlyanie sendiri cukup inspiratif. Perempuan asal Boyolali ini merantau ke Jakarta sejak lulus SD tahun 2000. Bukan tanpa alasan. Ibu kandungnya meninggal saat usianya 7 tahun. Ayahnya sering di luar rumah. Ibu tirinya galak. Erlyanie kecil tak tahan. Ia membawa tas keresek berisi baju 3 lembar. Erlyanie menyusul kakaknya. Tinggal di rumah tantenya yang hidup pas-pasan di Jakarta. Untuk biaya hidup, Erlyanie bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Gaji pertamanya Rp. 100.000/bulan. Tapi, 6 bulan kemudian ia dipulangkan oleh majikannya. Masih terlalu kecil untuk membantu pekerjaan rumah tangga. Tak menyerah, Erlyanie pindah majikan. Malang nasibnya. Majikannya galak. Satu tahun bekerja tidak digaji. Katanya, ia sudah dianggap anak sendiri.

Erlyanie ingin melanjutkan sekolah. Ia sering berdiri di luar gerbang SMP. Seorang guru membantunya. Erlyanie mengambil Kejar Paket B (Kelompok Belajar setara SMP). Lanjut SMA. Lalu kuliah Diploma tiga di Bina Sarana Informatika dengan biaya sendiri. Erlyanie mendapat uang dari jualan online dan usaha laundry. Semula, Erlyanie yang kurus membeli produk penggemuk badan via online. Ia tertarik menjadi reseller. Harga beli Rp. 100.000. Ia jual kembali dengan harga Rp. 200.000. Penjualannya melalui BlackBerry Messenger (BBM), aplikasi chat yang dulu sempat booming sebelum Whatsapp.

Saat produknya laku, ia ketagihan. Erlyanie mulai menjual beragam produk : baju, BH, panci, handphone, alat olahraga hingga kosmetik. Ia tergabung dalam 7 group BBM yang masing-masing anggotanya mencapai 2.000 orang. Sukses berjualan kosmetik, Erlyanie mendirikan PT. Mutiara Erlyanie Sejahtera pada tahun 2017. Produknya diberi nama Berl Cosmetic. Ia fokus di penjualan. Urusan produksi dipercayakan ke perusahaan subcontractor (makloon). Dalam setahun, kosmetik seharga Rp. 85.000 hingga Rp. 300.00 terjual satu juta pieces.

Ada beberapa kisah dalam buku-buku agama yang menginspirasi Dewa. Pertama, perjalanan Sa’i sebanyak tujuh kali dalam ibadah haji yang bermula dari perjuangan Sayyidatina Hajar (sayyidatina merupakan bahasa Arab yang berarti “nyonya kami”, tapi di Indonesia sering diucapkan sebagai “Siti”) mencari air untuk anaknya, Ismail, yang menangis kehausan di tengah padang pasir. Siti Hajar berlari bolak balik antara bukit Shofa dan Marwah (berjarak sekitar 450 meter), tapi tak menemui air yang dicari. Tak diduga, air keluar dari tanah dibawah kaki Ismail. Hikmah yang diambil Dewa dari kisah ini adalah : kita harus terus bergerak untuk berusaha mencari rejeki, hingga rejeki itu datang dari jalan yang tidak kita duga sebelumnya.

Kedua, kisah Abu Umamah yang murung di masjid karena terlilit hutang. Lalu, Nabi Muhammad SAW mengajarinya sebuah do’a. Setelah rutin membaca do’a itu, Abu Umamah bisa melunasi hutang-hutangnya. Ternyata, do’a itu bukan hanya permohonan terbebas dari hutang, tapi juga berisi motivasi untuk menjauhi sifat-sifat negatif yang bisa menghambat datangnya rejeki. Do’a itu berbunyi : “Ya Allah, saya mohon perlindungan kepadaMu dari kegundahan dan kesedihan, saya juga mohon perlindungan dari sifat lemah dan malas, kikir dan pengecut, dan aku berlindung kepadaMu dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia”.

Ketiga, kisah Nabi Musa As yang membelah lautan dengan tongkat hingga bisa selamat dari kejaran pasukan Fir’aun. Menurut Dewa, seringkali solusi atas permasalahan yang kita alami itu dekat dengan kita (seperti tongkat yang dibawa Nabi Musa As), tapi kita tidak mengetahuinya.

Keempat, kisah Nabi Yunus As yang dibuang ke laut dan ditelan ikan. Ia bisa keluar dari perut ikan setelah memohon ampun kepada Allah dan mengakui kesalahannya. Semestinya kita juga mencontoh Nabi Yunus As jika ingin keluar dari masalah.

Apa komentarmu ?

Tulis di sini

Alamat email akan disembunyikan. Terimakasih.


*