Kuliner Bogor yang Mak Nyus !

Bagikan ini ke temanmu :
Share

Kuliner Bogor yang mak nyus itu apa aja sih ?. Barangkali pertanyaan seperti ini pernah menghantui seseorang ketika pertama kali menginjakkan sendal di Bogor. Saya tidak ingin membuat tulisan ini untuk menjawab pertanyaan itu. Karena saya tahu betul, kalau bangsa ini kurang bijak menyikapi perbedaan pendapat. Saya bilang ini enak. Kamu bilang ini tidak enak. Sekonyong-konyong, sendal jepit bisa terbang ke muka saya. Atau sebaliknya. Kamu bilang itu enak. Saya bilang itu tidak enak. Tiba-tiba, kamu diciduk polisi karena kasus tindak pidana penghinaan..he.. he..

Enak tidaknya makanan itu soal selera, pemirsa. Bukan soal pernah direkomendasikan oleh pak Bondan “mak nyus” Winarno atau tidak. Selera itu kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhi. Kebiasaan keluarga dan budaya masyarakat bisa mempengaruhi selera. Karena faktor ini, maka orang Sunda senang lalap dan orang Jawa suka yang manis. Kondisi kejiwaan seseorang juga bisa mempengaruhi selera makan. Sebagian orang yang sedang stress akan melahap makanan apapun yang dia mau. Faktor “makan sama siapa” terkadang bisa lebih penting dari sekedar “makan sama apa”. Belum lagi faktor volume perut. Orang lapar seringkali mengatakan enak pada makanan apapun.

Jadi, tulisan soal kuliner Bogor yang mak nyus ini saya buat se-suka suka saya tanpa paksaan dari pihak manapun. Saya berlindung di balik pasal kebebasan berpendapat yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar. Dengan demikian, empat kali empat sama dengan enam belas. Sepakat tidak sepakat, jangan dibahas…he..he.

Kuliner Puncak sudah pernah saya kupas di sini https://poentjakweg.com/kuliner-di-puncak/. Sekarang, kita kupas kuliner Bogor yang lain (non warteg dan non RM Padang please). Tempat kuliner Bogor yang mak nyus banyak pake banget. Ga mungkin semuanya ditulis di sini. Semoga tulisan ini sedikit memberi pencerahan bagi penggila kuliner yang datang dari luar Bogor atau orang Bogor yang tidak gila kuliner. Kalau orang Bogor yang gila kuliner baca tulisan ini, bisa jadi bakal mengkritik tulisan ini. Jadi, saya persilahkan kepada orang seperti itu untuk bikin tulisan sendiri. Paham ?.

Pemirsa, perjalanan kuliner kita kali ini kita awali dari Tajur. Asumsi saya, kamu lapar perut setelah seharian lapar mata ngubek-ubek Tajur mencari tas atau mobil seken. Tajur menjadi ujung Kota Bogor yang langsung kamu temui selepas keluar Gerbang Tol Ciawi. Tak jauh dari seberang jalan dari Kuntum Farm Field, kamu akan menemukan Mie Ayam Sidomampir. Rasa mie ayam-nya nagih dan khas. Jarang ada mie ayam di Bogor yang mak nyus seperti ini. Sayangnya, di tempat ini agak susah mencari tempat parkir roda empat. Seporsi mie ayam Sidomampir cukup banyak. Kalau kamu ga yakin bakal bisa menghabiskan seporsi mie ayam, lebih baik pesan setengah porsi saja. Di sini, menu andalannya ya mie ayam. Ada sih baso. Tapi tidak terlalu istimewa. Sekedar pelengkap makan mie ayam bolehlah.

Kalau mau Baso, cobalah Baso Seuseupan. Lokasinya di Seuseupan, Ciawi (arah Tapos, bekas peternakan sapi Presiden Soeharto) tak jauh dari Tajur. Khas-nya baso di tempat ini adalah lemak goreng-nya yang lembut. Baso Seuseupan cukup terkenal di Bogor. Menu andalannya ya Baso. Ada sih mie ayam, tapi kurang mak nyus. Kedua tempat makan ini hanyalah warung makan. Bukan kelas restoran.

Lanjut ke jalan Pajajaran dan sekitar-nya.  Mau menu sea food ? ada Taman Laut. Cumi goreng, udang mentega, ikan kerapu, ikan baronang, ikan ayam-ayam, semuanya mak nyus. Tapi tempatnya sempit. Kalau mau yang agak nyaman, kamu bisa coba Jala-Jala. D’Cost juga ada sih,tapi, seperti biasa, tempatnya di mall (sama kayak Solaria, ada, tapi di mall.. he..he..).

Mau menu Sunda ? ada Sari Wangi (eh, sudah lama ga ke sini, kalau ga salah namanya ganti jadi Sekar Wangi). Tempatnya lumayan nyaman. Rasa masakannya juga mak nyus. Sayur asam, lalap, sambel, tahu tempe, nasi timbel, ayam goreng. Menu Sunda lah pokoknya. Kalau mau yang tempatnya lebih nyaman, kamu bisa coba De Leuit. Lokasinya di belakang Giant/Mc D/Gramedia Pajajaran. Tempatnya representatif buat makan bareng teman-teman atau keluarga besar. Ga malu-maluin. Playground buat anak-anak juga ada. Rasanya sih, menurut saya, standar masakan Sunda. Malah menu ikan balita goreng yang pernah saya coba, rasanya kurang mak nyus.

Mau menu ala Jawa (ayam goreng, gudeg) ?. Mampirlah ke Ardhita. Rasanya mak nyus. Tempatnya bagus, meski tak terlalu luas. Harga terjangkau (heran saya, tempat sebagus ini, tapi harganya terjangkau). Recomended lah. Kalau mau gudeg yang super duper enak dan murah se – Bogor, kamu bisa mampir ke warung kaki lima, Gudeg Bu Ayu. Penjualnya ibu-ibu paruh baya yang selalu ramah menyapa pembeli. Lokasinya tak jauh dari Rumah Sakit BMC. Tanya-tanya saja orang situ. Warung gudeg kaki lima ini satu-satunya yang ada di situ. Di jalan Pajajaran ada juga mie Jogja Pak Karso. Tempat makan ini masih satu group dengan Ayam Bakar Wong Solo. Rasanya standar. Tempatnya ya biasa saja. Kaki lima gitu.

Ada Nation Eat. Tempat ini semacam food court. Menunya macem-macem, dari main course sampai dessert. Sistem pembayarannya menggunakan kartu yang harus di top up sebelumnya (sama dengan sistem pembayaran Eat & Eat). Tempatnya cukup nyaman buat kongkow. Rasanya standar.

Kedai Soto Ibu Rahayu layak dicoba. Rasanya mak nyus (lebih mak nyus dibanding Soto Banjar yang ada di Pajajaran). Tempatnya juga nyaman. Namanya juga Kedai Soto, menunya ya seputar Soto dan kawan-kawannya.

Bebek Goreng Pak Slamet dan Pak Ndut ada juga di sini. Potongan bebeknya besar. Goreng garing. Sambelnya Pak Ndut lebih pedas dibanding Pak Slamet, jadi buat penyuka pedas tentu lebih memilih Pak Ndut.

Kalau kamu habis berbelanja perlengkapan bayi di Tiara (toko perlengkapan bayi yang lengkap dan murah di Bogor yang saya tahu), kamu bisa mampir ke Sop Buntut Ibu Henny. Rasanya mak nyus. Tempatnya di ruko, tapi cukup nyaman. Ada juga Warung Kawa. Menu Sunda. Rasanya biasa saja. Warung Steak & Shake juga ada di sekitar sini. Rasanya lumayan mak nyus. Harganya cukup terjangkau dibandingkan steak pada umumnya. Di sini, tempat dan pelayanannya lebih nyaman dibanding Warung Steak & Shake yang ada di Jalan Ahmad Yani.

Oh ya, di sepanjang jalan bisa kita temui gerobak penjual es cincau hijau (bukan cincau hitam). Saya suka es cincau. Kalau kamu membeli es cincau untuk dinikmati di rumah, ada baiknya tidak disimpan di refrigerator kulkas. Karena matriks gel-nya akan rusak, sehingga air cincau keluar. Cincau menjadi mengkerut, kenyal dan tak lagi enak dinikmati. Ini pengalaman pribadi.

Perjalanan berlanjut. Dari jalan Pajajaran lurus terus. Ketemu Tugu Kujang. Lurus terus, ketemu Gerbang Utama Kebun Raya Bogor. Di seberangnya ada jalan Suryakencana. Pak Bondan Winarno pernah meliput kuliner di tempat ini. Kebanyakan tempatnya kaki lima. Di sini, parkirnya di bahu jalan. Untung-untungan. Kalau penuh parkirnya, ya cari bahu jalan kosong sesudahnya. Bisa jadi tempat makan yang kamu kunjungi jauh dari tempat parkir kamu.

Di sekitar sini ada Soto Kuning Pak M. Yusuf yang melegenda. Sayangnya, saya kurang suka dengan soto kuning. Saya lebih suka soto bening yang kuahnya lebih clear. Ada juga Laksa Bogor Gang Aut. Khas-nya Laksa Bogor adalah potongan ampas tahu (Jawa : tempe gembus). Lumayan mak nyus. Ada juga Soto Mie Agih. Tapi, lagi-lagi sayang seribu sayang, saya kurang suka dengan kuliner khas Bogor yang satu ini. Entah kenapa saya geli dengan kikil (bisa ditebak, saya juga kurang suka dengan Mie Kocok Bandung yang juga menggunakan kikil). Selain kikil, Soto Mie juga dilengkapi dengan potongan Karoket (mirip Lumpia, tapi berisi bihun).

Dari Suryakencana, lurus ke Sukasari. Belok ke Batutulis. Ada ayam goreng Aroma yang cabangnya cukup banyak di Bogor. Rasa ayam goreng Aroma tak jauh beda dengan ayam goreng pada umumnya. Tapi masih mending jika dibanding ayam goreng pecel kaki lima pada umumnya. Ada Rumah Air yang tempatnya nyaman. Cocok disambangi sehabis bermain air di The Jungle. Jalan terus, melewati Balaikota, melewati jalan Sudirman. Ketemulah dengan Air Mancur. Ada Iga Bakar, Bandrek dan Martabak Air Mancur yang cukup terkenal.

Dari Warung Jambu hingga sekitaran jalan Pangrango dan Salak, ada banyak tempat kuliner. Kita mulai dari Gurih 7. Tempatnya cukup luas dan nyaman. Menu Sunda, ga cuma nasi timbel, ayam dan ikan, tapi ada pula sop, sate, cumi dan udang. Rasanya lumayan mak nyus.

Ada Hanamasa. Resto Jepang. Di sini disediakan panci, lalu kita sendiri yang merebus atau menggoreng makanan yang akan kita santap. All you can eat, tapi tetep saja, I can not eat all… he.. he.. seporsi saja sudah kenyang. Kalau nambah lagi malah eneg. Untuk menu yang sejenis, saya lebih suka Han Suki (tapi, yang ini tempatnya di mall).

Ada Warung Kencana yang cukup terkenal di daerah Taman Kencana. Harga terjangkau. Rasanya biasa saja. Ada pula Sop Buah Pak Ewok. Di sini, menu yang mak nyus ya Sop Buah dan brewok-nya pak Ewok (he..he.. kidding). Menu lain rasanya standar. Bahkan untuk menu seperti roti cane dan kari, agak terasa aneh di lidah saya.

Ada Kedai Kita. Menunya bermacam-macam, mulai dari menu Oriental hingga Western. Rasanya mak nyus, pemirsa. Top markotop.

Ada Sop Buntut Maemun. Tempatnya di dalam komplek Balai Penelitian Karet. Semacam food court di sebelah lapangan bulu tangkis. Menu yang paling terkenal ya Sop Buntut Maemun. Mangkoknya besar terbuat dari logam dengan sistem jacket, sehingga tidak terasa panas jika dipegang. Dagingnya empuk. Penampakannya segar kemerahan. Rasanya mak nyus. Sayang, tempatnya kurang nyaman.

Macaroni Panggang juga cukup terkenal. Tapi, lagi-lagi, saya kurang suka dengan makanan pasta yang satu ini. Eneg (maaf).

Lewat jalan Bangbarung, ada Baso Boboho yang rasanya mak nyus. Kalau mau yang lebih kekinian, bisa coba Bakso Misterius atau Bakso Goendoel atau Bakso Boedjangan. Tempatnya nyaman. Lokasinya silahkan browsing sendiri. Soal perbandingan rasa, saya no comment. Masing-masing punya plus minus. Silahkan rasakan sendiri.

Ada Ayam Geprek Istimewa yang rasanya istimewa. Goreng garing. Mak nyus. Menurut saya, meski menunya sama, rasa masakan di restoran lama lebih enak dibanding restoran yang baru. Hanya saja, tempat restoran lama tidak senyaman restoran yang baru. Menuju Tanah Baru, ada Sate Tegal Laka-laka. Menunya mak nyus semua. Baik sate, sop, hingga tengkleng-nya.

Jalan terus hingga masuk Gerbang Tol Bogor. Keluar di Tol Sentul Selatan, ada Ah Poong. Sebagian orang usai bermain dari Jungleland atau dari Masjid Andalusia/Tazkia atau dari pengajian di Masjid Adz Dzikra, mampir ke sini. Dulu, pernah ada floating market yang menjual buah-buahan. Tapi, beberapa kali ke tempat itu akhir-akhir ini, ga pernah menjumpai perahu-perahunya. Tempatnya panas. Ah Poong ini semacam food court yang sistem pembayarannya menggunakan kartu yang harus di top up sebelumnya. Menunya beragam. Beberapa kali ke tempat ini mencoba menu Indonesia dan Oriental. Rasanya standar. Anak-anak malah lebih suka main di Eco Park-nya.

Lanjut jalan lagi. Keluar Gerbang Tol Sirkuit Sentul, ketemu Ayam Bakar Pak Atok. Rasanya lumayan mak nyus dibanding ayam bakar pada umumnya. Setelah dari sini, saya bingung mau wisata kuliner ke mana lagi. Yah, udahan aja ya. Selamat menikmati kuliner Bogor yang mak nyus dan top markotop alias good marsogood!.

About ngakunya admin 23 Articles
admin itu ya admin

Apa komentarmu ?

Tulis di sini

Alamat email akan disembunyikan. Terimakasih.


*